Sedikit menilik sejarah Madrasah Aliyah (MA) Muhammadiyah Metro, yang berdiri erat dengan adanya Pendidikan Guru Agama (PGA) jauh sebelum 1982. Sebab MA Muhammadiyah Metro adalah lembaga pendidikan alih fungsi dari PGA yang kemudian resmi berdiri pada 1 Juli 1982 dengan pengesahan dari Departemen Agama Provinsi Lampung No. 15/MA/84 tanggal 25 April 1984. Proses pengalih fungsian dari PGA menjadi lembaga pendidikan islam dalam hal ini disebut juga Madrasah Aliyah, telah dipertegas kembali dengan diterbitkannya Keputusan Departemen Agama RI No. 64 tahun 1990 tanggal 25 April 1990 dan No. 42 tahun 1992 tanggal 27 Januari 1992 tentang alih fungsi Pendidikan Guru Agama Islam menjadi Madrasah Aliyah.
Sebagai lembaga pendidikan Islam Tingkat SLTA, maka MA Muhammadiyah Metro sudah tentu punya andil dan hak yang sama dalam meningkatkan mutu dan layanan pendidikan berbasis nilai-nilai Islam yang sudah pasti lulusannya diakui oleh negara. Di samping itu pendidikan Islam memiliki peran penting dalam membangun generasi bangsa yang berakhalak, sopan, santun dan berwawasan. Maka, MA Muhamamdiyah Metro tetap berkomitmen membekali calon lulusannya cakap dalam segala keilmuannya, cerdas dalam segi intelektual, spritual, dan berakhlak karimah.
Jika kita kembali melirik sedikit lulusan MA Muhammadiyah Metro terbukti bahwa pendidikan karakter yang ditanamkan di MA sangat berpengaruh. Salah satu contoh alumni yang sukses merintis usaha industri ada Bakso Kembar milik Bapak Kholid Muhdam, ada yang sukses di bidang pertanian dengan mengembangkan produk Pupuk Wong Agro di Lampung Tengah milik Bapak Syamsudin, di bidang politik pun ada salah satu alumni yang eksis saat ini di DPRD Provinsi Lampung Bapak Ismail Ja’far, dan masih banyak lagi di bidang lain.
Namun esensi dari pendidikan MA bukanlah terletak pada gelar sukses pada bidang tertentu, melainkan aktualisasi nilai-nilai yang telah kita dapatkan semasa mengikuti pendidikan hingga melahirkan kesalehan individu maupun sosial yang nantinya kita terapkan dalam bermasayarakat.
Menurut pandangan kecil saya gerakan militansi yang ditanamkan di MA Muhammadiyah Metro adalah memberikan kebebasan siswa dalam mengembangkan diri dengan aktif melalui Organisasi Intern Muhammadiyah seperti Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Hizbul Wathan, dan Tapak Suci. Dengan aktif berorganisasi siswa akan diolah dengan perkaderan kemudian lambat laun akan berganti menjadi pengolah atau penggerak perkaderan tentunya akan di temukan banyak sekali pelajaran dan tantangan melalui kegiatan kegiatan ekstra harian, mingguan, bulanan, bahkan tahunan. Hal itulah yang menjadi seni dari gerakan militansi di MA Muhammadiyah Metro. Hal tersebut seakan akan menjadi kegiatan yang terus dijalankan secara turun temurun layaknya silsilah, baik melalui bimbingan dari Pembina ataupun melalui naluri siswa-siswinya untuk terus aktif dan berkembang.
Geneologi adalah istilah yang menjelaskan tentang sebuah sislilah atau nasab, dengan menggunakan cerita dari mulut ke mulut, analisis sejarah singkat dari informasi yang didapat MA Muhammadiyah Metro mendapat julukan Lumbung Kader Muhammadiyah. Melalui keaktifan siswa-siswinya menjadi bukti bahwa MA Muhammadiyah Metro juga unggul dalam membentuk generasi yang militan di level tingkat cabang maupun daerah, sedikit contoh 5 tahun terahir banyak siswa-siswinya yang yang eksis bergerak di Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Muhammadiyah Metro di pusat, pimpinan paerah, hingga mampu mengerakkan sebuah perkaderan di luar.
Di usia yang sudah memasuki 40 tahun sejak tahun 1982 MA Muhammadiyah Metro akan selalu istiqomah dalam mencerdaskan generasi, di tengah tantangan banyak muncul kompetitor baru dengan wajah megah, MA Muhammadiyah Metro harus tetap eksis dan berdiri tegak, dengan dukungan dan dorongan tokoh Muhammadiyah, serta adanya peran majelis terkait agar mampu keluar zona nyaman mendirikan sebuah lumbung baru yang layak dan nyaman untuk mendidik dan mengkader generasi umat, hal ini adalah angan-angan dari penulis yang semoga dapat terwujud.
Editor: Dwi Novi Antari