Hasbullah
(Dosen Universitas Muhammadiyah Prinsgewu)
Banyak terjemah dan tafsir dari hakikat organisasi. Setidaknya organisasi itu ada untuk menciptakan lingkungan yang dapat menyadarkan manusia (anggotanya) akan kehidupan yang harus ber-Tuhan, berpengetahuan, berprikemanusiaan, memiliki keluasan dan kedalam serta kebebasan dalam berlogika, dan juga mempraktikan nilai kesamaan serta kerukunan. Maka organisasi menjadi sarana untuk mengarahkan arus kehidupan.
Begitu juga dalam kehidupan pelajar, akan ada dinamika disekolah yang harus dirawat. Sehingga pelajar akan hidup dalam berbagai dimensi nilai. Merawat dinamika itu dengan cara aktif berorganisasi. Pelajar bukan saja menguasai keadaban ilmu pengetahuan, ia diminta untuk dapat hidup mandiri, peduli pada keadaan manusia yang menderita disebabkan oleh kemiskinan dan kebodohan, berkomitmen dalam menyebarluaskan manfaat, maslahat dan keberkahan hidup dan aktif dalam memakmurkan dunia.
Begitu pula dengan pelajar Muhammadiyah yang terhimpun dalam organisasi Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) akan terus bersentuhan, menjadi bagian dari semua arus yang terjadi dalam dunia pelajar bahkan dunia remaja. Sudah tentu, bahwa semua arus yang melanda harus dihadapi dan juga nikmati dengan berbagai kegiatan dan karya sesuai ukuran seorang pelajar. Dari dinamika inilah, seorang pelajar Muhammadiyah diharamkan terdiam ketika terjadi kemungkaran dalam dunia pendidikan, terkhusus dalam lembaga pendidikan Muhammadiyah.
Pada milad ke-61 IPM menetapkan tema “Arus Utama Pelajar Indonesia”, Maka arus utama pelajar yang menjadi isu IPM hari ini selaras dengan keadaan, suasana dan arus pendidikan. Program tentang pendidikan berkemajuan, pendidikan multi kultural, pendidikan karakter dan apapun namanya, harus disambut dengan kesiapan membaca, menulis, mendiskusi dan mendiseminasi dalam bentuk perilaku sehingga kesiapan akan perubahan akan menjadi budaya di kalangan pelajar khususnya pelajar Muhammadiyah. Oleh karenanya, sudah tidak ada lagi kata tidak siap atas semua perubahan dalam dunia pendidikan baik itu aturan, kebijakan dan kurikulumnya.
Mendeskripsikan Arus
Oleh karena itu, arus utama pelajar Indonesia harus mampu diterjemahkan dan diimplementasikan dalam kegiatan-kegiatan yang sederhana yang memacu seluruh kader IPM bergerak sesuai dengan aturan organisasi. Namun juga tetap berani melakukan kreativitas dan inovasi dalam menggelorakan gerakan IPM sebagai organisasi pelajar, organisasi Islam, organisasi perkaderan dan organisasi di bawah naungan Muhammadiyah. Maka IPM adalah arus utama itu sendiri, arus yang digerakkan oleh seluruh program, anggota dan kadernya.
Dari pisau analisis IPM, bahwa arus itu dibagi menjadi dua. Pertama, menjadi arus yang tenang, karena kedalaman analisis dan pemikiran atas sebuah persoalan pelajar dan remaja. Sehingga IPM akan mampu menenggelamkan semua persoalan dan permasalahan yang menyangkut dunia pendidikan, pelajar dan remaja dalam ketenangan dan ketenteraman pemikiran. Karena narasi yang disampaikan berdasarkan ilmu dan pertimbangan keutamaan keadaan dan peradaban manusia.
Kedua, menjadi arus perlawanan, yang ramai akan pemikiran yang disambut dengan tulisan dan orasi. Sehingga semua orang akan merasakan kebisingan atas keributan argumentasi yang dituangkan melalui lisan dan coretan kader IPM. Sehingga dialektika, retorika dan estetika pergerakan akan terlihat dengan jelas garang dan kasar. Namun arus ini juga menjadi pilihan yang harus dirawat, sehingga IPM tidak terjebak dalam staknasi pemikiran, perkataan dan perbuatan. Sehingga akan terlahir kader yang memiliki sikap dan karakter transendensi, liberasi, humanis dan emansipasi baik itu pemikiran, gerakan dan ketetapan.
Tujuh Rumus Arus Pelajar Muhammadiyah
Sehingga perlunya ada rumusan atas arus utama pelajar Muhammadiyah. Setidaknya ada tujuh rumusan yang penulis coba sampaikan melalui tulisan ini. Pertama. Kader IPM harus memiliki kesadaran ketuhanan yang mumpuni. Kesadaran bukan untuk kepentingan pribadi namun bisa dituangkan dalam semua aktivitas kehidupan. Sehingga kepemilikan atas iman dan makrifat kader itu terdistribusikan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.
Kedua. Kader IPM harus memiliki etos berpikir kritis dan progresif. Artinya bahwa pemikiran kader IPM itu terkonstruksi jelas. Konstruksi yang memiliki fondasi jelas kecerdasan, pemikiran yang meluaskan dan mendalamkan pandangan dan memberikan solusi dan alternatif. Sehingga pemikiran kader IPM selalu ada keterbaruan dan bernilai berkemajuan. Ketiga. Kader IPM harus tubuh dan berkembang dengan potensi kemandiriannya, kompetitifnya serta kerja kerasnya. Bahwa semua kader memiliki kemampuan ia, tapi kader IPM harus siap berkompetisi dengan siapapun dalam bidang ilmu apapun tanpa ada keluh, kesah dan merengek karena kelemahan. Yang kader kader IPM menjadi arus gerakan pelajar arus bekerja keras untuk mengibarkan panji-panji literasi, keilmuan dan juga keislamannya.
Keempat. Kader IPM harus memiliki jiwa wirausaha dan cakap membangun dan mengkomunikasikan jaringan. Sebagai seorang pelajar tentunya tidak ada penyekatan untuk tetap berkarya untuk menghasilkan finansial yang itu dalam usaha menggerakkan organisasi. Begitu pun dengan jaringan, ini untuk menjadi pendukung menggerakkan arus utama pelajar Muhammadiyah. Kelima. Kader IPM memiliki kecakapan teknologi , informasi serta kecapan dalam media sosial. Digitalisasi gerakan sudah tergambar dalam pemikiran kader IPM, bukan lagi sekedar wacana namun sudah aksinya. Bukan lagi hanya literasi dalam tulisan namun sudah pada tataran karya untuk menggerakkan arus utama pelajar tersebut. Keenam. Kader IPM memiliki jiwa peka atas semua persoalan kemanusiaan. Adanya kesadaran akan tanggung jawab terhadap keadaan kemanusiaan. Bahwa kader IPM harus memiliki dasar dan inspirasi dalam menghidupkan jiwa kepedulian dan ruhul ikhlas mencari ridha Allah SWT. Ketujuh. Kader IPM harus menjadi Pembelajaran Kolaboratif dan Kooperatif. Ini yang harus menjadi ciri dan karakter kader IPM, menjadi seorang pembelajar sehingga arus utama dari pelajar akan sangat bisa dipahami sehingga mampu menggerakkan aksi-aksi nyata dan memberikan kontribusi dalam kemajuan pelajar.
Editor: Dwi Novi Antari