Oleh: Redaksi
“Wong ko ngene kok dibanding-bandingke, saing-saingke, yo mesti kalah. Tak oyak’o, aku yo ora mampu, mung sak kuatku mencintaimu.” Lagu berjudul Ojo Dibandingke tersebut merupakan lagu yang akhir-akhir ini kerap kita dengar. Sosial media, stasiun televisi, radio tetangga, maupun penjual kaset dipinggir jalan dengan serentak memutar lagu tersebut. Tak ayal kalau lagu itu diputar, secara otomatis masyarakat yang mendengar ikut menyanyikan, paling tidak kita sudah sama-sama pernah mendengar.
Lagu ini memang sudah menyita perhatian masyarakat Indonesia sejak dinyanyikan oleh seorang anak SD bernama Farel di salah satu panggung acara. Sontak, suara Farel yang sangat cocok dengan khas tembang Jawa nuansa dewasa tersebut mampu menembus jutaan telinga.
Viralnya lagu Ojo Dibandingke yang di cover oleh Farel, seorang siswa SD yang berbakat di bidang menyanyi ini berhasil menghantarkannya menjadi bintang tamu dan tampil di upacara pengibaran bendera dalam rangka memperingati kemerdekaan Indonesia ke 77 di Istana negara, disaksikan oleh Jokowi selaku presiden Republik Indonesia, menteri-menteri dan jajaran elit lainnya.
Istana negara serempak bergoyang, ambyar. Keberanian Farel melantunkan lagu ini begitu lantang dan layak diapresiasi, bakatnya dalam menyanyi juga tak tanggung-tanggung, suara merdunya dipadukan dengan gestur tubuh yang sudah seperti bintang panggung. Penampilan Farel ini mampu menjadikan jutaan mata yang menonton terhipnotis dan bergoyang secara otomatis.
Akan tetapi, selain kita juga melihat dari sudut pandang keberanian dan bakat yang dimiliki oleh Farel, kita juga perlu memandang dari sudut lain. Sebuah fenomena yang menciderai dunia pendidikan anak.
Secara lebih mendalam, dunia anak-anak hari ini sudah mulai bergeser pada prilaku dan pemikiran dewasa. Anak dibawah umur, menyanyikan lagu dangdut, diundang dalam acara kenegaraan dan dijogeti oleh segenap pejabat negara, lantas pertanyaannya adalah apakah memang kita menyengaja untuk tidak peduli pada kualitas generasi penerus dan sistem pendidikan?
Secara umum, lagu yang ditembangkan oleh Farel ini berisi tentang sebuah cerita cinta yang mana sang cowok meminta kepada pacarnya untuk tidak membandingkan dirinya dengan cowok lain, kurang lebih seperti itu. Lantas, nilai dan value apa yang ingin ditransfer oleh pejabat negara kepada generasi bangsa?
Disaat beberapa tokoh mengkhawatirkan degradasi moral yang sudah menjalar pada generasi muda, disaat psikolog anak juga khawatir terhadap mental anak dibawah umur yang justru lebih fasih terhadap lagu cinta, patah hati dan kisah pacaran, disaat itu justru wajah bangsa kita melalui citra pejabat negaranya menunjukkan sikap gembira ditengah situasi yang serba tidak enak dengan mengorbankan generasi penerus.
(Aku R)
Sumber foto: hot.detik.com