Oleh: Redaksi Mahanpedia.id
Stress di lingkungan kerja tentu sangat bisa terjadi, entah apa musababnya banyak dari kita pasti pernah merasa burn out atau merasa buntu dengan pekerjaan-pekerjaan yang itu-itu saja. Bekerja dengan banyak target, bertemu partner kerja yang super bawel atau masih banyak lagi.
Toxic environment di dunia kerja adalah suasana atau atmosfer negatif yang dapat dirasakan seseorang dan mempengaruhi banyak hal, terutama yang berkaitan dengan kemajuan karier. Biasanya lingkungan pekerjaan yang beracun itu seringkali dipenuhi dengan drama, gosip, bahkan sistem komunikasi yang tidak lancar.
Atas banyak kecamuk kesehatan mental yang terganggu, tak jarang dari pekerja merasa buntu dan dihadapkan pada pilihan apakah harus bertahan ditengah lingkungan yang buruk, ataukah memberanikan diri untuk mengajukan surat pengunduran diri?
Lingkungan kerja yang tergolong lingkungan toxic biasanya ditandai dengan: pekerjaan tidak mengenal waktu. Lewat tengah malam masih berkutat dengan pekerjaan, pada kasus lebih ekstreme, jika waktumu lebih banyak dihabiskan pada pekerjaan daripada kehidupan pribadi, patut dipertanyakan apakah kamu termasuk orang yang gila kerja atau memang sedang bekerja di lingkungan yang toxic.
Selain itu, terkadang kamu tidak merasa berkembang. Hal ini bisa ditandai dengan rasa nyaman yang serta merta hilang atau rekan kerja yang lain terlihat tidak antusias bekerja, merasa kinerjanya menurun. Rekan kerja yang profesional bekerja dan bahasa komunikatif yang baik dapat membuat lingkungan kerja menjadi nyaman. Karena lingkungan kerja yang baik ditandai dengan rekan kerja yang suportif, profesional, menyenangkan dan bahagia.
Selain masalah rekan kerja, penting juga untuk memperhatikan pimpinan atau atasan yang cenderung kejam dalam memberikan perintah dan pekerjaan. Meskipun begitu banyak pelatihan komunikasi dan kiat-kiat menjadi pimpinan yang baik, sebagai manusia tentu saja pimpinan pernah bahkan sering menggunakan bahasa komunikasi yang cenderung kasar dan toxic.
Ungkapan membujuk semangat kerja seperti: “kalau sudah terima gaji, ya tanggung jawab!” justru bisa membuat karyawan atau bawahan merasa hanya perlu membayarkan kembali hutang tenaga lantaran sudah dibayarkan melalui benda bernama gaji.
Lingkungan kerja yang buruk tersebut dapat berdampak sangat besar pada kesehatan mental. Mulai dari timbulnya rasa takut untuk berangkat ke kantor atau bertemu dengan rekan kantor, sering merasa overthinking dan gelisah bahkan tidak lagi mengenal diri sendiri sebenarnya apa yang dicari. Kemudian merasa putus asa bahkan hingga mengarah kepada sakit fisik.
Lantas bagaimana cara bertahan pada dua pilihan tersebut? Tulisan ini tentu tidak sedang memproklamirkan surat resign di berbagai tempat kerja. Namun dengan mempertimbangkan kebaikan diri, apabila sudah tidak mampu bertahan dengan situasi tersebut, ada baiknya komunikasikan ketidaknyamanan yang dirasakan baik kepada pimpinan atau kepada rekan kerja.
Selain itu, dapat pula mencoba memberikan batasan terhadap diri sendiri. Beri ruang untuk pekerjaan sesuai jam kerja dan beri ruang untuk kehidupan pribadi atau me time. Karena lingkungan kerja yang baik haruslah dibentuk dan dimulai dari diri sendiri. Ajak rekan kerja untuk diskusi mendalam terkait keluhan dan cari solusi bersama. Dengan begitu, semoga pada waktu mendatang lingkungan kerja yang buruk dapat teratasi bahkan menghilang.
(Dee)
Gak semua orang di tempat kerjamu itu teman.
Jadi, kerja, ambil gajimu lalu pulang satu lagi healing biar kita tidak pusing 😊😊