Oleh: Redaksi
Pertanyaan apa, siapa, kapan, dimana, mengapa dan bagaimana sering menjadi pembuka pembicaraan. Dengan siapapun dan dalam keadaan apapun, kita selalu bisa memulai topik obrolan dengan kata tersebut. Lantas bagaimana jika pertanyaan itu merupakan pertanyaan sensitif berujung menyakiti orang lain?
Aktivitas normal manusia yang menjadi kebutuhan pokok selain pakan, sandang dan papan yakni bersekolah, berkuliah, bekerja bahkan menikah. Kegiatan yang terlihat sama dan sepele, namun begitu banyak ombak dan dinamikanya. Pasalnya, tiap-tiap kita tentu pernah dan akan mengalaminya.
Sebagaimana sifat, karakter dan cerita manusia yang berbeda-beda, cara satu orang berkomunikasi tentu juga beragam. Uniknya, setiap kegiatan selalu dapat menimbulkan pertanyaan. Bahkan masyarakat hari ini seolah punya kitab pertanyaan serupa, sebuah Template berisikan kalimat pertanyaan disetiap situasi.
Jika masih bersekolah, pertanyaan yang sering muncul adalah rincian kegiatan yang dilakukan disekolah. Apa dan bagaimana kegiatan sekolahnya, hingga apa mimpi dan keberlanjutan setelah sekolah nanti. Pilih berkuliah atau bekerja?
Lantas ketika ia memilih berkuliah, masuk semester akhir pertanyaan-pertanyaannya berubah menjadi “kapan wisuda?” atau ketika ia memilih bekerja pertanyaannya bergeser menjadi “kapan menikah?” ketika sudah menikah dijejali pertanyaan “kapan punya anak?” dan masih banyak lagi pertanyaan basa-basi berawalan kata “kapan” yang cukup membuat detak jantuk lebih kencang lantaran tersulut kekesalan hingga emosi.
Memang betul, lama intensitas pertemuan dan perbincangan yang berjarak lantaran perbedaan rutinitas membuat kita kerap kali kebingungan untuk memulai topik hangat dengan teman dan kerabat. Tetapi saling menjaga perasaan satu dengan yang lainnya bukanlah perkara yang sulit dilakukan.
Mari menjadi manusia sama-sama, sama mengerti dan memahami. Bahwa setiap orang memiliki lintasan menuju garis finish yang berbeda atau bahkan garis mulainya yang juga berbeda. Bahwa tidak semua orang baik yang bekerja, bekuliah atau menikah mengalami waktu tuntas yang sama.
Memutus mata rantai pertanyaan kapan sangat bisa dimulai dari diri, lalu tularkan hal baik pada sekitar. Cukuplah membangun support system yang baik, tidak toxic apalagi membandingkan. Karena setiap orang memiliki cerita, kendala dan prosesnya masing-masing.
(Dee)
Keren ✨✨✨
“Proud”
…
<3