Oleh: Redaksi Mahanpedia
Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) merupakan dua organisasi Islam terbesar di Indonesia. Selain karena jasanya besar bagi Republik jumlah jamaah kedua Ormas ini cukup besar dan tersebar diseluruh pelosok Tanah Air.
Muhammadiyah berdiri lebih dulu pada 18 November 1912 di Yogyakarta. Sedangkan NU berdiri pada 31 Januari 1926 di Surabaya. Keduanya mempunyai pengalaman kesejarahan yang cukup Panjang dan turut membidani kemerdekaan Indonesia. Sejarah meneguhkan Muhammadiyah-NU sebagai dua sosok organisasi sosial keagamaan yang disegani.
Beberapa waktu lalu kedua pimpinan Ormas ini bertemu. Bertempat di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah Jakarta, Pimpinan Pusat Muhammadiyah menerima silaturahmi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) 4/9/22.
Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf yang didampingi dengan Ketua Pelaksana Forum Religion 20 (R20), KH Ahmad Suaedy disambut langsung oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, Ketua PP Muhammadiyah, Hajriyanto Y Thohari, beserta Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu’ti.
“Saya sowan kepada ketua umum PP Muhammadiyah, pertama, mohon doa restu karena ini pertama kali saya berkesmpatan sowan sejak sesudah Muktamar (ke-34 NU 2021),” ungkap Gus Yahya, panggilan akrab Ketua Umum PBNU.
Selanjutnya, Gus Yahya menyampaikan bahwa dalam pertemuan ini ikut dibahas potensi ta’awun antar kedua belah organisasi Islam terbesar di Indonesia ini.
“Kedua, kita ingin ada kerja sama yang lebih erat antara PBNU dengan Muhammadiyah, bahkan kami mulai membicarakan kemungkinan kerja sama kelembagaan antara kedua orang ini dalam mengakses berbagai masalah di tengah masyarakat kita,” ujarnya.
Tak lupa, PBNU juga mengundang Muhammadiyah untuk terlibat dalam forum Religion of Twenty (R20) yang akan digelar pada 2-3 November tahun ini di Bali.
“Alhamdulillah didiskusikan, Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah akan lebih erat bergandengan tangan dalam menopang kebersamaan, persatuan, dan harmoni bangsa dan negara yang kita cintai ini,” pungkasnya.
Menyambung Gus Yayha, Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir bersyukur atas silaturahmi ini. Haedar juga menyampaikan tahniah atas kepengurusan baru Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.
“Selamat atas amanah yang ditunaikan oleh Gus Yahya dan kawan-kawan, insyaallah Muhammadiyah dan NU semakin bergerak maju untuk memajukan umat, bangsa, dan kemanusiaan semesta,” ujarnya.
Haedar mengatakan Muhamamdiyah siap melangkah bersama-sama untuk menjalankan berbagai program kolaboratif. “Tadi kita memang mendiskusikan melangkah lebih jauh untuk program-program kerja sama yang lebih melembaga dan memang umat bangsa kita memerlukan peran konkrit lagi dari Muhammadiyah dan NU sebagai organisasi terbesar di Indonesia. Kerja-kerja pencerdasan, pencerahan, pemberdayaan dan juga tidak kalah penting menyatukan, membangun ukhuwah yang lebih meluas di lingkungan umat beragama dan bangsa Indonesia. Dan insyaallah nanti akan ada pertemuan-pertemuan berikutnya,” kata Haedar.
“Terakhir, kami juga menyambut baik undangan dan program R2O yang disiapkan oleh PBNU dan insyaallah akan berjalan dengan baik, terus menggalang dialog dan kerja sama antara agama di seluruh kawasan sebagai ikhtiar membangun dunia yang lebih damai, saling terkoneksi,” tegasnya.