Oleh : Redaksi
Ada banyak kejadian sejarah pasca kemerdekaan di bulan Agustus, terutama tentang bagaimana para pahlawan kemerdekaan yang terus memperjuangkan tanah air. Mereka yang tercatat dalam sejarah ataupun yang luput dituliskan tetap jadi bagian dari pejuang kemerdekaan. Salah satu yang harus kita tahu adalah sosok Presiden Sementara, begitu sejarawan menyebutnya. Ya, meski kita hanya mengenal satu tokoh presiden di awal kemerdekaan, rupanya sebagian dari kita luput pada kisah presiden lainnya.
Syafruddin Prawiranegara atas mandat Hatta ditunjuk untuk tetap melanjutkan pemerintahan. Tak ingin adanya kekosongan kekuasaan atas negara sendiri, Hatta dan Soekarno sepakat memilih Syafruddin untuk membentuk pemerintahan darurat di Bukit Tinggi, kala itu ibukota yang berada di Yogyakarta sudah jatuh ke tangan Belanda. Dwi Tunggal juga ditangkap dan diasingkan ke Pulau Bangka. Maka, Syafruddin Prawiranegara menjadi presiden sementara.
Syafruddin Prawiranegara adalah putra kebanggan Banten, ia adalah garis keturunan ayah asli Serang dan ibu berdarah Minangkabau. Syarifuddin seperti pada pahlawan kemerdekaan lainnya yang berkesempatan mengenyam sekolah di masa penjajahan sebab kedudukan sosial orangtuanya. Ia bersekolah di ELS, MULO, AMS, dan Rechtshoogeschool yakni Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta atau hari ini kita kenal dengan Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Pada masa pendidikan inilah Syarifuddin mendapat banyak kesempatan berperan di perhimpunan mahasiswa.
Syafruddin Prawiranegara adalah orang Indonesia pertama dan satu-satunya yang menjadi Presiden De Javasche Bank (DJB). Sebelumnya, posisi nomor satu di DJB selalu dijabat oleh orang Belanda. Ia pula yang sekaligus menduduki jabatan Gubernur Bank Indonesia pertama. Sjafruddin juga orang yang pertama kali yang mendesak Bung Hatta dan menyampaikan usulan agar pemerintah Republik Indonesia menerbitkan mata uang sendiri sebagai atribut kemerdekaan Indonesia untuk mengganti beberapa mata uang asing yang masih beredar. Oeang Republik Indonesia (ORI) adalah mata uang pertama yang dimiliki negera kita setelah merdeka. ORI diterbitkan sebagai satu-satunya alat pembayaran yang sah di wilayah Republik Indonesia untuk menggantikan sejumlah mata uang yang sebelumnya digunakan.
Syafruddin menjabat sebagai Menteri Keuangan pada 1946 dan Menteri Kemakmuran pada 1948. Di saat menjabat Menteri Kemakmuran inilah ia ditugaskan membentuk Pemerintahan Darurat RI (PDRI), ketika Soekarno dan Hatta ditangkap pada Agresi Militer II. Terbentuknya PDRI menjadi awal Syafruddin menjabat sebagai pemimpin tertinggi di Indonesia. Akmal Nasery Basral menuliskan banyak kisah Syarifudin selama menjabat sebagai presiden dalam bukunya, kisah tentang 207 hari memimpin tanah air dengan bergrilya di Sumatra demi kelangsungan kemerdekaan.
Meski bersekolah di jurusan hukum, ia tak lantas mengikuti jejak ayahnya sebagai jaksa. Syarifuddin adalah seorang ekonom yang mengambil peran untuk negara dan menyalurkan gagasannya pada kebijakan nyata yang ada dalam catatan sejarah bahkan ia pun menuliskannya sebagai gagasan pada banyak buku yang masih bisa kita cari hari ini.