Di Kabupaten Lampung Timur, Kecamatan Jabung, Desa Adiluhur pemilihan kepala desa (Pilkades) akan dilaksanakan 30 Oktober 2023 mendatang. Desa Adiluhur adalah tempat saya dilahirkan. Masa kecil dan separuh remaja saya pada medio 1997 hingga 2012 saya habiskan di Desa ini.
Desa Adiluhur sendiri merupakan Desa hasil pemekaran. Secara definitif Adiluhur baru lahir pada tanggal 17 Desember 2007, di Desa yang dihuni 1.078 Kepala keluarga ini terdapat 7 Dusun dan 21 Rukun Tetangga (RT). Berdasar data yang dirilis Pemerintah Desa pada tahun 2022 Adiluhur dihuni oleh 4.370 jiwa, dimana 3046 diantaranya tercatat sebagai daftar pemilih tetap (DPT) Pilkades.
Membincangkan perihal Pilkades, mari saya antarkan anda pada konteksnya. Sejak jadwal Pilkades diumumkan, dua bulan terahir jelang pemilihan ( 30 Oktober 2023) suasana Desa menjadi lebih serius dibanding bulan-bulan sebelumnya. Ketegangan-ketegangan antar pendukung mulai muncul kepermukaan, sosial media menjadi lebih meriah dan tak sedikit antar pendukung jual beli ledekan. Maklum Pilkades kali ini hanya mempertemukan dua calon saja. Yakni, sang petahana bernama Agus Pujianto, S.P melawan Tutut Rusiati, S.Pd.
Awal September lalu, banyak teman dekat mengirim pesan pribadi dan menanyakan pendapat saya perihal Pilkades. Saya tidak banyak memberikan pendapat, karena saya menyadari selama 11 tahun terahir, saya tidak berdomisili di Adiluhur. Sehingga saya khawatir pendapat saya tidak objektif dan cenderung asumtif belaka. Maka saat itu saya memilih untuk menjawab secara normatif.
Sepekan jelang pemilihan, hati saya terpanggil untuk ikut berpartisipasi, tentu bukan dengan suara di kotak pemilihan, melainkan dengan gagasan. Untuk itulah saya menulis esai pendek ini. Mula-mula saya sampaikan bahwa meski meninggalkan kampung halaman cukup lama, bukan berarti saya benar-benar kehilangan informasi tentang Desa Adiluhur. Selama waktu yang cukup panjang itu, saya terus mengakses informasi dan ragam cerita dari kampung halaman.
Mulai dari sanak, kadang sampai isu Pemerintahan Desa saya simak baik-baik informasinya. Kalau tidak saya cari sendiri, pasti ada saja orang yang memberikan informasinya. Hasilnya, saya sedikit memahami bagaimana dinamika Desa.
Sudah Cukup Baik
Dari koleksi informasi yang saya terima saya memahami dua hal perkara Pemerintahan Desa. Pertama, membangun Desa Adiluhur bukan perkara gampang. Kedua, membangun Desa butuh kerjasama atau dalam bahasa sekarang membangun Desa butuh kolaborasi.
Kenapa membangun Desa Adiluhur saya sebut tidak gampang? Karena memang tidak gampang. Coba perhatikan., dalam pokok-pokok membangun Desa, aspek utama adalah Sumber Daya Manusia (SDM) kemudian Sumber Daya Alam atau potensi Desa.
Pada dua aspek ini Adiluhur bisa dikatakan lemah. Aspek SDM misal, yang membantu pada priode awal kepemimpinan Agus Pujianto tahun 2012 setahu saya adalah kelompok lama yang secara kemampuan SDM masih butuh transisi pemahaman. Sehingga akselerasi pelayanan terhadap masyarakat khususnya memasuki era digital tidak berjalan dengan baik. Karena itulah, bisa kita pahami bahwa Kades Agus masih kesulitan meng-orkestrasi pembangunan lantaran tim yang satu gerbong dengannya tidak bisa dipaksa bekerja secara maksimal.
Baru pada masa periode kedua terpilihnya Agus, tepatnya pada tahun 2017, terutama 3 tahun terahir ini saya mendapat kabar banyak SDM muda yang terampil dengan kemampuan yang sangat baik masuk dan dilibatkan. Inilah masa baru yang menggembirakan.
Sistem pelayanan mulai tertata, prinsip transparasi mulai dilaksanakan. Lihat saja website Desa yang beralamat: adiluhur-desa.id sudah sangat baik dikelola. Sejumlah fasilitas publik meski tidak sempurna sudah mulai disentuh dan ditata, ada juga pembangunan tugu maskot Desa, terburu ada wisata kolam renang dibangun oleh Kades Agus melalui anggaran Dana Desa (DD), pada bagian ini saya kesulitan mengakses Rencana Anggaran Biaya atau R.A.B secara detail. Tapi dengan apa yang sudah dikerjakan, saya katakan: “Sudah Cukup Baik”. Cukup baik tidak sama dengan sangat baik, tetapi tentu bukan berarti saya mengatakan tidak baik. Ibarat nilai bolehlah disebut nilainya 70.
Kemudian aspek pokok membangun Desa berikutnya adalah aspek potensi Desa. Secara geografis Desa Adiluhur merupakan Desa yang ekonominya di topang oleh bidang pertanian. Sungguh kemalangan, pada tahun 2.000 awal, sebagian besar lahan pertanian Desa Adiluhur mengalami kebakaran hebat. Hasilnya, sisi penopang ekonomi bidang pertanian di Desa ini kian melemah. Melemahnya sektor pertanian membuat masyarakat bergeser pekerjaan dengan menjadi petani nira kelapa atau pembuat gula merah. Petani nira kelapa pernah mencapai kejayaanya kira-kira pada tahun 2005-2015. Lambat laun pekerjaan sektor inipun mulai ikut lesu, para petani jumlahnya kian hari kian menyusut.
Berangkat dari potensi Desa yang tidak sebaik Desa-desa di Jawa, Desa Adiluhur memang berat dalam hal pembangunan. Karena, Adiluhur tidak memiliki pendapatan asli desa atau PADes. Posisinya yang hanya menunggu dana tranfer dari Pemerintah Pusat semakin menegaskan bahwa membangun Adiluhur memang tidak gampang. Dan Agus Pujianto selama 10 tahun terahir telah berupaya mewujudkan Adiluhur yang lebih baik.
Secara fakta Agus Pujiato sudah dua kali menduduki jabatan Kades. Ia menjabat sejak tahun 2012 hingga tahun 2023. Jelang berahirnya jabatan priode kedua, saya mendapat kabar ia akan mencalonkan diri sebagai calon legislatif. Kabar tersebut, saya terima sebagai kabar yang menyenangkan.
Sosok Agus yang sangat dekat dengan golongan muda terutama mereka para pemain dan pecinta bola voli sangat meyakinkan jika menjadi wakil rakyat. Dengan modal dua priode sebagai kades dan dekat dengan golongan muda, jika memiliki modal finansial yang kuat saya yakin satu kursi dewan dapat dengan mudah Agus dapatkan.
Sayang kabar, majunya Agus ke legislatif hanya kabar burung. Melalui sosial media, saya dapati Agus justru memilih bertarung lagi di Pilkades. Mungkin baginya dan kelompok pendukungnya ini pilihan realistis sebagai upaya untuk membuktikan. Dari kerja cukup baik menjadi sangat baik. Make sense? I don’t know.
Ada Penantang Datang
Pada Pilkades Adiluhur tahun 2017, Agus keluar sebagai pemenang. Hanya saja lawan politiknya saat itu bukanlah orang lain. Pilkades saat itu, Agus melawan istrinya sendiri Rahmawati Alwi.
Berbeda dengan tahun 2017, pada tahun ini ada penantang datang. Ia adalah Tutut Rusiati, S.Pd. Di tengah budaya patriarki dan feodal yang hidup di desa, tentu kehadiran Tutut ini menarik perhatian saya. Pertarungan politik tingkat Desa tentu memiliki iklim yang berbeda jika dibandingkan dengan politik di tingkat elit. Geografis yang sempit dan isu tingkat lokal yang terbatas membuatnya jauh lebih sensitif. Relasi kuasa di desa begitu kental terasa dan terlihat nyata, dan hubungan psikologisnya sangat mewarnai proses politik Desa. Sensitifitas itulah kemudian membuat politik desa bisasanya membuat laki-laki lebih mendominasi.
Maka jika ada perempuan melibatkan diri dalam gelanggang politik Desa, ini merupakan hal baru yang mesti diperhatikan. Hanya saja perhatian kita tidak boleh hanya karena apresiasi atas keterlibatanya. Lebih dari itu bagaimana kapabilitasnya sebagai seorang pemimpin, bagaimana kemampuanya dalam membuat keputusan, bagaimana kemampuannya bernegosiasi, apa ide utama yang ditawarkan, bagaimana kesanggupanya untuk mendistribusi sumberdaya (kekuasaaan) yang adil sangat penting untuk diperiksa.
Flayer kampanye Tutut di sosial media sudah mulai dibagikan pada awal Oktober 2023 lalu. Visi yang ia tuliskan “Memajukan Desa Adiluhur Secara Adil, Merata, Jujur, dan Berbudaya,” Kemudian pada misinya Tutut mencantumkan 8 point. Di dalam flayer, apa yang Tutut tuliskan cukup meyakinkan.
Hanya saja saya tidak memiliki data lengkap bagaimana rekam jejak yang detail perihal Tutut. Saya tidak tahu bagaimana sepak terjangnya atau kontribusinmya selama ini. Apakah Tutut layak memimpin Adiluhur ke depan? Atau lebih baik mempertahankan Agus Pujianto? Semua tergantung anda, masyarakat Adiluhur yang tercatat sebagai DPT.
Namun demikian, bagi anda yang memiliki hak pilih pada 30 Oktober 2023 mendatang. Saya sarankan agar para pemilih memilih Kades berdasarkan rekam jejak, berdasarkan data dan fakta, bukan asumsi-asumsi yang tidak bisa dipertanggung jawabkan. Jangan pernah memilih berdasar ikatan primordial, citra semu, apalagi memilih karena uang.
Pemimpin tingkat Desa lebih penting dari pada Bupati atau Gubernur sekalipun. Karena pemipin Desa adalah pemimpin yang paling dekat dengan kita. Kita memiliki kepentingan langsung dengan pemimpin Desa. Berkas kependudukan sampai izin ini dan itu, legalitasnya berdasar tanda tangan kepala Desa, maka penting memilih yang terbaik.
Harapan Kepada Yang Terpilih
Jika anda mencari siapa pemuda pengecut. Dia adalah “Saya”. Saya ini pengecut karena saya memberi pandangan-pandangan padahal saya tidak tinggal di Aduluhur. Idealnya, seorang pemuda yang merantau untuk menempuh pendidikan, harus segera pulang. Kemudian membangun Desanya. Tapi itu, tidak saya lakukan. Maka saya memohon maaf untuk itu semua.
Namun jika diperbolehkan berharap, sebagaimana masyarakat pada umumnya, Saya berharap Adiluhur ke depan jauh lebih baik lagi. Siapapun Kades yang terpilih. Saya membayangkan, Desa yang baik adalah Desa yang fasilitas publiknya lengkap dan memadai. Dari jalan, lapangan, kantor desa, hingga irigasi bisa tertata rapi. Apabila memungkinkan hasus ada juag fasilitas umum untuk menunjang kreatifitas anak-anak muda. Ada akses buku bacaan layak, ada fasilitas olahraga yang lengkap, dan ada alokasi anggaran pendidikan berupa beasiswa untuk anak orang kurang mampu agar bisa kuliah.
Satu lagi, jika ingin maju desanya serta bahagia warganya, lakukan kolaborasi dengan semua pihak kemudian libatkan anak muda. Libatkan mereka (anak muda), pikiran dan tenaganya sangat besar. Jika tidak dimanfaatkan, maka jangan harap akan ada kemajuan yang signifikan. Semoga Adiluhurku lebih baik. Salam damai, untuk semua.
Oleh: Andi Saputra (Peneliti di Lingkar Studi Kebijakan Publik- (LISKAP Indonesia) dan Mahasiswa Pascasarjana FH Universitas Jember)
Editor: Renci