Hari ini, tepat pada 28 Oktober 2023 kembali melihat peristiwa sejarah bagi bangsa Indonesia. Momentum kali ini, mengajak kepada semua kalangan baik itu orang tua, dewasa, ataupun pemuda untuk kembali mengingat sejarah yang sungguh luar biasa bagi bangsa kita. Mungkin perlu kesadaran intergratif sebagai bangsa dan membangun semangat hidup dalam berbangsa merupakan sebuah agresi bersama dalam menghadapi sistuasi sosial, demi merajut cita-cita Negara Indonesia yang ada dalam undang-undang dasar 1945.
Merefleksikan momentum ini, saya mengajak semua pembaca untuk memahami keadaan yang sedang terjadi di sekitar kita. Dari agresifitas barat atau pun negara timur yang sedang dalam kondisi konflik yang tak unjung usai dan juga pada situasi yang terjadi dalam negara kita sendiri. Melihat banyaknya tulisan yang bersebaran di media sosial ataupun yang didiskusi oleh para aktivis serta masyakarat yang masih peka dan peduli tentang nilai-nilai yang harus di ambil dalam menjaga kewarasan berfikir bangsa Indonesia terumata pemuda.
Pertama, menjaga nilai nilai nalar berpikir. Tahun 2023 merupakan tahun yang mengerikan, saat ini sudah awal masuk Indonesia dalam hal apapun serba mudah dan bisa diselesikan menggunakan AI atau alat bantu untuk memudahkan sebuah pekerjaan. Melihat ini sebagai masyarakat kita dituntut untuk adaptif dan peka atas kemunculan sebuah sistem yang mampu memudahkan segala hal. Akan tetapi, sebagai mayarakat dan pemuda tetap harus menjaga kerawasan berfikir dan tidak terlena yang nanti bahkan menjerumuskan. Budaya-budaya baca dan diskusi tetap harus dijaga ajar tetap dapat menjalankan nalar dan membangun sebuah paradima yang tetap tergaja dari modernnya zaman sekarang.
Kedua, menjaga toleransi dan kebersamaan Indonesia merupakan tempat juga wadah suku, budaya, dan agama yang sangat beragam. Keragaman ini sejatinya merupakan karunia Tuhan atas bangsa Indonesia yang tetap kokoh dalam persatuan dan kesatuan di saat bangsa-bangsa lain mulai terkikis atau bahkan hancur karena konflik horizontal. Timbul sebuah pertanyaan “apakah kita sudah menjaga toleransi dan kebersamaan?” yang bisa menjawab adalah diri sendiri. Akan tetapi perlu diketahui bahwa menjaga toleransi dan kebersamaan Semua orang harus memiliki keinginan untuk hidup bersama dengan rukun dan damai, tidak mengutamakan kepentingan kelompok atau golongan. Tidak memandang warna kulit suku rasa agama menjadi sebuah kunci awal untuk menjaga toleransi dan kebersamaan, lebih jauh lagi menjaga pola berpikir dan bertindak merupakan toleransi dan kebersamaan yang dalam perlu d pahami bagi masyarakat ataupun pemuda agar tidak merusak toleransi dan kebersamaan untuk menjaga keutuhan bangsa Indonesia.
Ketiga, tetap menjadi warga yang anggun dan bijaksana. Menciptakan warga negara yang bertanggung jawab, dilihat bahwa berkontribusi atau memberi kembali kepada Negara Indonesia merupakan hal yang mudah. Seorang warga negara dapat memulai dari melek politik, peka terhadap lingkungan sosial, dan ekstraksi dari alam secara bijak. Bahwa warga negara yang bertanggung jawab adalah warga negara yang selalu siap melaksanakan kewajibannya dengan penuh kesadaran untuk menunjang pembangunan berkelanjutan. Sebagai warga yang anggun dan bijaksana harus mempunyai tujuan akhir menjadi bertanggung jawab untuk melakukan sebuah kewajiban sebagai warna negera menjaia keutuhan Negara Indonesia. Untuk menghargai perjuangan pemuda di masa lalu haruslah dapat melahirkan kreativitas, ide, dan inovasi untuk mempertahankan eksistensi dari kemerdekaan Indonesia sendiri. Saling bergotong royong menjaga sebuah keutuhan negara Indonesia, mungkin momentum Sumpah Pemuda merupakan salah satu cara agar kita semua mampu merefleksikan dan mengimpelementasikan apa-apa yang menjadi tanggung jawab kita bersama sebagai warga negara dan khususnya tanggung jawab pribadi sebagai pemuda agar tetap menjaga kebhinekaan sebagai rasa tanggung jawab bersama.
Oleh. M. Fahdi Fauzi Akbar
Editor: Dwi Novi Antari
Ilustrasi Gambar: Situs Resmi Kemendikbud