Catatan sejarah menuliskan perjuangan bangsa Indonesia untuk merdeka tidaklah mudah. Tertumpahnya darah, tertumpahannya air mata, tercucurnya keringat, tertekanannya batin serta terkurasnya pikiran para pejuang, para pemikir serta para founding father bangsa Indonesia untuk memerdekakan negara ini dari para penjajah. Tercatat juga dalam literatur-literatur bahwa perjuangan bangsa Indonesia saat itu belum terkoordinir dengan baik(masih terpecah). Belum terorganisir secara nasional, yaitu melakukan perlawanan dari masing-masing daerah hal tersebut terjadi karena perbedaan ras, suku dan agama sehingga membuat bangsa Indonesia kesulitan untuk mengusir para penjajah. Kepentingan-kepentingan yang ada saat masa-masa pra-kemerdekaan menjadi salah satu faktor penyebab terjadi nya perpecahan di kalangan masyarakat Indonesia saat itu, dan aksi-aksi propaganda yang dilakukan oleh para penjajah kepada bangsa Indonesia membuat bangsa Indonesia dalam kondisi yang bercerai-berai.
Banyak catatan sejarah yang menyebutkan nama-nama para pejuang kemerdekaan yang telah mengorbankan jiwa dan raga nya dalam memperjuangkan hak-hak mereka yang di rampas serta di jajah oleh kolonialis. Melihat sedikit catatan sejarah diatas, tentunya harus menjadi refleksi untuk diri sendiri sebagai generus, bagaimana perjuangan dan jerih payah mereka agar anak cucu nya tidak merasakan hal yang sama seperti mereka. Tentunya dalam meraih kemerdekaan bangsa Indonesia banyak keterlibatan masyarakat dari berbagai kalangan seperti para ulama, bangsawan, pemuda, pelajar, petani, rakyat sipil, santri dll. Flashback ke tahun-tahun pra-kemerdekaan yakni 17 tahun sebelum proklamasi kemerdekaan negara Indonesia terdapat momentun yang secara khusus memperlihatkan bagaimana peran para pemuda dan pelajar dalam perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Moment tersebut tercatat dalam sejarah yang kita kenal dengan “Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928)” Baca https://museumsumpahpemuda.kemdikbud.go.id/sejarah-sumpah-pemuda/
yang menegaskan 3 point penting sebagai berikut :
PERTAMA.
KAMI PUTERA DAN PUTRI INDONESIA,
MENGAKU BERTUMPAH DARAH YANG SATU,
TANAH INDONESIA.
KEDUA.
KAMI PUTRA DAN PUTRI INDONESIA,
MENGAKU BERBANGSA YANG SATU,
BANGSA INDONESIA.
KETIGA.
KAMI PUTRA DAN PUTRI INDONESIA,
MENJUNJUNG BAHASA PERSATUAN,
BAHASA INDONESIA.
Sebuah peristiwa penting dalam melahirkan semangat persatuan di setiap jiwa para pemuda untuk bersatu padu dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Dari peristiwa tersebut kita bisa belajar bahwasanya pemuda dan pelajar saat itu telah sadar akan pentingnya persatuan, karena sebuah persatuan akan membuat kedamaian, kenyamanan serta ketentraman. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk dan beraneka ragam suku, ras, etnis serta agama. Perbedaan inilah yang membuat para pemuda saat itu berpikir perlu adanya penyatuan perbedaan di kalangan masyarakat. point penting yang bisa penulis rangkum dari peristiwa sumpah pemuda adalah:
Sikap inklusivitas pemuda
Hal ini harus tertanam dalam jiwa para pemuda generus, agar tumbuh kepekaan, empati, simpati serta tidak egois. Tidak mudah menjudge orang lain atau menganggap orang lain rendah karena terlihat berbeda. Saat ini sering terjadi kasus-kasus bullying, diskriminasi, intimidasi disebakan oleh perbedaan baik di media sosial ataupun di kehidupan nyata, dan juga karena didalam dirinya tidak memiliki sikap inklusivitas. Jika sikap inklusivitas hilang dalam diri seorang pemuda maka dirinya akan bersikap eksklusif sehingga terbentuknya karakter yang egois, apatis, dan inpluralis. Padahal pendahulu kita telah mengajarkan sikap inklusivitas sebagaimana peristiwa sumpah pemuda, para pemuda menganggap bahwa kesamaan dalam hal sejarah, senasib terjajah, adat istiadat, dan daerah menjadi dasar mengapa bangsa Indonesia harus bersatu.
Di era media sosial seperti sekarang ini, sikap inklusivitas harus terus di gaungkan baik melalui tulisan/konten di media sosial, kegiatan organisasi maupun lembaga institusi seperti kegiatan seminar dan lain-lain. Juga tak kalah penting adalah sikap pluralisme, seperti yang diajarkan oleh bapak pluralisme Indonesia (Abdurahman Wahid). Sikap inklusivitas pemuda harus terus ada, sehingga memliki jiwa yang bijaksana dalam bersikap, bertindak dan mengambil keputusan. Keberagaman dan keanekaragaman harus menjadi sebuah keindahan bukan pembedaan dan keanehan.
Salam inklusif dan pluralis
Oleh: Kaklinwaelo12